Selasa, 24 April 2012

LOST


Documentary, 2012, 52 min.

Di alam tercipta berbagai ragam binatang. Ada yang cantik, ada yang buruk rupa. Ada yang lucu, ada yang menakutkan. Dengan sendirinya mereka tercipta tidak hanya untuk keindahan, bukan diciptakan untuk menghias bumi. Setiap mahluk dianugerahi peranan dan terkait satu sama lain. Mestinya kita tidak perlu teriak-teriak dan lari terbirit-birit saat ulat bulu dan tomcat tiba-tiba muncul seperti wabah, karena selama ini kita membiarkan saja burung-burung dijerat dan dikoleksi. Tak adanya burung menimbulkan eksplosi: ulat bulu bersukacita tak ada pemangsanya dan tomcat menari-nari di kulit kita.

Dokumenter LOST dengan bening memperlihatkan bagaimana kita mengkorup ciptaan-Nya, memanipulasi peran mereka dalam hidup bersama. Hutan dikeroposi, monyet-monyet yang turun ke ladang karena kehilangan lahan kemudian dicap hama dan ditangkapi, dimakan, seolah kita bangsa yang kelaparan. Padahal biji-biji dalam kotorannya berperan menciptakan benih baru, tumbuhan baru, dengan menjadikan monyet sebagai musuh sekaligus mangsa makin tipislah kemungkinan hutan pulih.   
        
Akibat terbesar dari pencaplokan hutan dan eksploitasi satwa-satwanya akan dialami anak-anak kita sepuluh, duapuluh tahun kemudian. Erupsi hebat Gunung Merapi 2010 silam mestinya bikin kita kembali mawas: hutan yang sudah tipis tak sanggup menyaring material erupsi, sisa-sisa letusan itu kemudian terdorong hujan ke bawah, ke kota-kota, menyerupai monster sungai yang ganas, memapras beton-beton jembatan, memutus jalur utama Jogja-Semarang, menelan truk-truk pasir. Itu baru satu gunung. Padahal kita berpijak di alam yang labil dan terlanjur menjadi pribadi-pribadi yang tak mandiri, yang mengatasi sampah sendiripun tak mampu, tapi meraung-raung saat air yang tersumbat menumpuk jadi banjir.

LOST  merupakan sketsa-sketsa yang deskriptif mengenai ketidakjujuran kita terhadap alam dan sesama mahluk-Nya. Kita tidak pusing bajing dan monyet dikerangkeng dan diperjualbelikan di pasar karena menyepakati saja mereka hama; dan di pasar yang sama juga didisplay burung hantu yang mestinya memerangi tikus yang menggondol padi. Di kebun binatang kita terhibur menyaksikan orangutan mengunyah plastik dan beruang madu bermain gitar dengan garis-garis wajah lelah ..

Membiarkan hutan dihancurkan dan segala hal yang terkandung di dalamnya dikuras dan dieksploitir identik dengan turut berpartisipasi menghabiskan apa yang mestinya kelak dimiliki anak-anak kita. Kita tidak akan mewariskan apapun. Hanya meninggalkan hidup yang makin rumit.

Sebuah dokumenter yang patut disaksikan keluarga, para remaja dan kalangan pendidik.

Home video / DVD / Rp 35.000,-
Pemesanan via email: orcawildscreen@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar