Documentary,
2012, 52 min.
Di alam
tercipta berbagai ragam binatang. Ada yang cantik, ada yang buruk rupa. Ada
yang lucu, ada yang menakutkan. Dengan sendirinya mereka tercipta tidak hanya
untuk keindahan, bukan diciptakan untuk menghias bumi. Setiap mahluk
dianugerahi peranan dan terkait satu sama lain. Mestinya kita tidak perlu
teriak-teriak dan lari terbirit-birit saat ulat bulu dan tomcat tiba-tiba
muncul seperti wabah, karena selama ini kita membiarkan saja burung-burung
dijerat dan dikoleksi. Tak adanya burung menimbulkan eksplosi: ulat bulu
bersukacita tak ada pemangsanya dan tomcat menari-nari di kulit kita.
Dokumenter
LOST dengan bening memperlihatkan bagaimana kita mengkorup ciptaan-Nya, memanipulasi
peran mereka dalam hidup bersama. Hutan dikeroposi, monyet-monyet yang turun ke
ladang karena kehilangan lahan kemudian dicap hama dan ditangkapi, dimakan,
seolah kita bangsa yang kelaparan. Padahal biji-biji dalam kotorannya berperan
menciptakan benih baru, tumbuhan baru, dengan menjadikan monyet sebagai musuh
sekaligus mangsa makin tipislah kemungkinan hutan pulih.
Akibat
terbesar dari pencaplokan hutan dan eksploitasi satwa-satwanya akan dialami
anak-anak kita sepuluh, duapuluh tahun kemudian. Erupsi hebat Gunung Merapi
2010 silam mestinya bikin kita kembali mawas: hutan yang sudah tipis tak
sanggup menyaring material erupsi, sisa-sisa letusan itu kemudian terdorong
hujan ke bawah, ke kota-kota, menyerupai monster sungai yang ganas, memapras
beton-beton jembatan, memutus jalur utama Jogja-Semarang, menelan truk-truk
pasir. Itu baru satu gunung. Padahal kita berpijak di alam yang labil dan
terlanjur menjadi pribadi-pribadi yang tak mandiri, yang mengatasi sampah
sendiripun tak mampu, tapi meraung-raung saat air yang tersumbat menumpuk jadi
banjir.
LOST
merupakan sketsa-sketsa yang deskriptif mengenai ketidakjujuran kita
terhadap alam dan sesama mahluk-Nya. Kita tidak pusing bajing dan monyet
dikerangkeng dan diperjualbelikan di pasar karena menyepakati saja mereka hama;
dan di pasar yang sama juga didisplay burung hantu yang mestinya memerangi
tikus yang menggondol padi. Di kebun binatang kita terhibur menyaksikan
orangutan mengunyah plastik dan beruang madu bermain gitar dengan garis-garis
wajah lelah ..
Membiarkan hutan dihancurkan dan segala hal yang
terkandung di dalamnya dikuras dan dieksploitir identik dengan turut
berpartisipasi menghabiskan apa yang mestinya kelak dimiliki anak-anak kita. Kita tidak akan mewariskan apapun. Hanya meninggalkan hidup
yang makin rumit.
Sebuah dokumenter
yang patut disaksikan keluarga, para remaja dan kalangan pendidik.
Home
video / DVD / Rp 35.000,-
Pemesanan
via email: orcawildscreen@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar