Indonesia
dianugerahi belantara dan orangutan. Itu sebabnya tiap kebun binatang ingin dan
akan berusaha memiliki orangutan. Karena belantaranya makin tipis, makin
gampang mendatangkan orangutan ke kerangkeng. Jaraknya dengan kita tinggal
beberapa meter. Tapi kita ini memang tak suka dengan rasa cukup. Maka dibikinlah
orangutan jadi badut, mengikuti tingkah-polah manusia, sebab hidup di dalam
kandang bikin mereka serupa gabus, tak bisa dikagumi. Dengan latihan khusus dan
intensif orangutan bisa bikin orang tertawa, terhibur, terbayar lunas
karcisnya. Jadwal latihan dan show tentu melabrak kebiasaan naturalnya.
Satu adegan
dalam video “Orangutan Bukan Mainan” yang dirilis Centre for Orangutan Protection
(COP) memperlihatkan bagaimana seekor orangutan ditempa jadi artis. Ia diberi
buah, yang membuatnya mendekat ke jeruji. Lantas untuk menekan memorinya agar
melakukan suatu atraksi kedua tangannya ditarik paksa tiga laki-laki hingga
tubuhnya lekat ke besi kerangkeng. Ketiganya memukuli, menendangi tangannya
sekeras-kerasnya. Lambat-laun wajah supelnya pudar dan meringis kesakitan.
Ketiga laki-laki itu tak berhenti menghajarnya.
COP
melakukan riset mendalam dan memantau kondisi orangutan di berbagai kebun
binatang. Hasilnya, secara umum tidak dalam keadaan baik, dan menderita.
“Kejahatan kita adalah membayar sejumlah uang kepada kebun binatang untuk terus
melakukan kekejaman,” tegas Daniek Hendarto, representatif COP dalam siaran
persnya 30 Juni 2011. “Perubahan hanya akan terjadi bila semua pihak, termasuk
sekolah dan orangtua, tidak lagi mengorganisir kunjungan ke kebun binatang.
Masih banyak cara yang lebih baik untuk mendidik siswa agar mencintai satwa
liar dan alam. Misalnya berkemah atau kunjungan ke alam bebas untuk mengamati
satwa liar langsung di habitatnya.”
Reportase
: Aditya Herlambang & Ichsan R. Anggoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar