Selasa, 24 April 2012

ORANGUTAN : CRIMES AND MISDEMEANORS


Indonesia dianugerahi belantara dan orangutan. Itu sebabnya tiap kebun binatang ingin dan akan berusaha memiliki orangutan. Karena belantaranya makin tipis, makin gampang mendatangkan orangutan ke kerangkeng. Jaraknya dengan kita tinggal beberapa meter. Tapi kita ini memang tak suka dengan rasa cukup. Maka dibikinlah orangutan jadi badut, mengikuti tingkah-polah manusia, sebab hidup di dalam kandang bikin mereka serupa gabus, tak bisa dikagumi. Dengan latihan khusus dan intensif orangutan bisa bikin orang tertawa, terhibur, terbayar lunas karcisnya. Jadwal latihan dan show tentu melabrak kebiasaan naturalnya.     

Satu adegan dalam video “Orangutan Bukan Mainan” yang dirilis Centre for Orangutan Protection (COP) memperlihatkan bagaimana seekor orangutan ditempa jadi artis. Ia diberi buah, yang membuatnya mendekat ke jeruji. Lantas untuk menekan memorinya agar melakukan suatu atraksi kedua tangannya ditarik paksa tiga laki-laki hingga tubuhnya lekat ke besi kerangkeng. Ketiganya memukuli, menendangi tangannya sekeras-kerasnya. Lambat-laun wajah supelnya pudar dan meringis kesakitan. Ketiga laki-laki itu tak berhenti menghajarnya.

COP melakukan riset mendalam dan memantau kondisi orangutan di berbagai kebun binatang. Hasilnya, secara umum tidak dalam keadaan baik, dan menderita. “Kejahatan kita adalah membayar sejumlah uang kepada kebun binatang untuk terus melakukan kekejaman,” tegas Daniek Hendarto, representatif COP dalam siaran persnya 30 Juni 2011. “Perubahan hanya akan terjadi bila semua pihak, termasuk sekolah dan orangtua, tidak lagi mengorganisir kunjungan ke kebun binatang. Masih banyak cara yang lebih baik untuk mendidik siswa agar mencintai satwa liar dan alam. Misalnya berkemah atau kunjungan ke alam bebas untuk mengamati satwa liar langsung di habitatnya.”

Reportase : Aditya Herlambang & Ichsan R. Anggoro   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar