Lutung
budeng (Trachypithecus auratus)
menurut referensi hidup berkelompok. Endemik Indonesia ini di tengah
keluarganya saling bekerja sama, saling membantu mengasuh anak-anaknya, saling
membutuhkan satu sama lain. Tapi pertengahan tahun 2010 di tepian hutan Gunung
Merapi fotografer Orca Kosmas Mahendra mengabadikan seekor lutung mengikuti
sekelompok kera ekor panjang (Macaca
fascicularis). Di manakah keluarganya sendiri?
Meski
populasinya merosot tajam dan terancam punah semoga ia bukan lutung terakhir di
Merapi. Sebab macaca yang berada di sekitarnya sering dituding sebagai hama dan
tidak terlindung undang-undang. Di salah satu situs resminya pemerintah
menyebut macaca “masih melimpah dan di beberapa tempat menjadi hama tanaman
pangan yang ditanam di tepi hutan .. Sifatnya sangat mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang baru/lingkungan manusia.”
Artinya
jika dianggap merusak tanaman pangan di tepi hutan mereka boleh dibunuh,
meskipun dulunya – dan semestinya – merekalah yang memiliki hutan. Macaca yang
“beruntung” ditangkap, dijual, dan dipaksa beradaptasi dengan lingkungan
manusia, terutama untuk membantu mencari nafkah dengan berperan sebagai Sarimin
sepanjang sisa hidupnya. Tapi di pasar satwa pedagang mengakui ada orang yang
mencarinya untuk obat alternatif.
Tepian
hutan yang lekat dengan sentra wisata dan pemukiman juga mendorong koloni
macaca mendekati kerumunan manusia jika persediaan pangan di dalam hutan menipis.
Jika si lutung bergantung pada mereka, ancaman terjerat jebakan menjadi amat
lebar.
Setelah
erupsi Merapi menjelang akhir 2010 nasibnya belum jelas.
saya ingin bergabung dengan anda untuk penelitian satewa lutung di gunung merapi, mohon informasinya terimakasih
BalasHapus